3 Cara Keluar dari Kemiskinan!

<iframe width=”560″ height=”315″ src=”https://www.youtube.com/embed/186JqTcrU4U” frameborder=”0″ allow=”accelerometer; autoplay; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture” allowfullscreen></iframe>

Klik disini untuk melihat videonya

Sahabat entrepreneur, salam hebat luar biasa..!! Semoga di tahun ini anda lebih sehat, lebih sukses, lebih maju, dan kondisi keuangan anda lebih baik. Hari ini saya akan bicara bagaimana cara memperbarui tahun baru kita dengan cara keluar dari kemiskinan. Bicara soal kemiskinan memang masalah sensitif. Karena data terbaru di Indonesia saat ini menurut Badan Pusat Statistik tahun 2018 pada bulan Maret tercatat bahwa angka kemiskinan di Indonesia itu mencapai 9,82%. Sebetulnya ini angka yang tidak begitu tinggi.

Apa kriteria orang miskin?

Yaitu sandang, pangan dan papan belum cukup terpenuhi. Itu adalah kriteria orang miskin. Tetapi jumlahnya sudah di bawah 10%. Dan ini angka yang paling bagus setelah tahun 1999. Jadi, sebetulnya banyak orang yang sudah punya pekerjaan. Minimal punya sandang, pangan dan papan.

Atau kalau dengan jumlah penduduk Indonesia sekarang sekitar 25,6 juta, yang masih dikategorikan sandang, pangan dan papan belum tercukupi itu di bawah 10%. Bagi anda sahabat entrepreneur yang tidak tergolong di kategori ini, saya ucapkan congratulation. Itu artinya sandang, pangan dan papan anda sudah tercukupi.

Tetapi hari ini saya ingin membahas bagaimana agar anda semua dari yang kondisinya sudah cukup bisa menjadi lebih baik lagi. Hari ini saya ingin memberikan beberapa fakta tentang kata miskin. Jadi, miskin itu sebenarnya bicara tentang kondisi angka. Jadi, tidak ada yang namanya miskin selama-lamanya. Termasuk juga tidak ada jaminan anda itu kaya selama-lamanya. Tetapi saya ingin memberitahu anda satu fakta, bahwa kaya dan miskin itu hanya masalah angka. Ada angka yang anda sebut dengan kata ‘cukup’. Ya, itu hanya angka.

Jadi apakah ketika anda memiliki uang 1 miliar, lalu anda disebut ‘kaya’?

Sedangkan jika anda tidak memiliki uang 1 miliar, lalu anda disebut ‘miskin’? tidak juga. Jadi apabila ada satu angka yang menentukan kata ‘anda tidak lagi miskin’, maka saya berani mengatakan bahwa sebetulnya miskin itu hanya angka.

Saya ingin memberikan perumpamaan seperti ini. Orang yang mempunyai gaji hanya 1juta per bulan tapi masih bisa menabung 100 ribu, menurut saya dia jauh lebih kaya daripada dibandingkan dengan orang yang gajinya 10 juta per bulan, tetapi setiap bulannya dia minus 1 juta. Artinya, penghasilannya bocor. Dia gak bisa menabung dan masih minus 1 juta. Menurut anda, dari orang-orang tersebut mana yang tergolong lebih kaya dan lebih miskin?

Menurut saya, orang yang gajinya 10 juta itu lebih miskin dibandingkan orang yang gajinya 1 juta. “kok bisa pak?”. Ya, karena dia bisa saving 100 ribu tiap bulannya. Jadi kembali lagi, kaya dan miskin itu hanya masalah angka. Saya ingin lebih mendalami masalah mindset. jadi, saya ingin membahas masalah mindset 3 cara keluar dari kemiskinan. Bukan masalah anda tergolong di golongan 9,82% itu tadi. Karena banyak orang yang mindset’nya benar meskipun gajinya kecil. Tetapi dia bisa menjadi jauh lebih kaya raya dibandingkan mereka yang gajinya besar.

Saya juga pernah lihat seorang manager executive yang gajinya 30 juta, tetapi setiap bulannya masih punya cicilan. Bisa anda bayangkan, apa sih masalah dia? Inilah problem yang ingin saya garisbawahi. Dengan menonton video ini, anda akan menyadari apa yang salah dengan mindset anda.

Jadi, cara keluar dari kemiskinan yang pertama adalah mulai sekarang anda harus punya tabungan.

Kesalahan yang pertama itu karena anda tidak punya tabungan. Anda harus punya tabungan, karena itu adalah cara untuk keluar dari kemiskinan. Tadi saya sudah memberi contoh pertama tentang orang yang bisa menabung 100 ribu Rupiah itu jauh lebih kaya daripada orang yang setiap bulannya harus mencari hutangan 1 juta untuk menutupi cicilannya.

Kita lihat di lingkungan kita. Pekerjaannya baik, gaji pasti, kemudian pekerjaannya layak. Katanya manager, tetapi kenapa setiap bulan membayar tagihan kartu kredit saja pakai pembayaran minimum atau minimum payment? Dia gak bisa melunasi semuanya. Bahkan cenderung gesek tunai. Bagi anda yang tahu istilah kartu kredit gesek tunai untuk memenuhi kebutuhan hidup. Katanya keren? Tetapi, tabungan gak punya.

Bahkan lucunya, cicilannya banyak. Semua dibeli dengan cara dicicil. Cicilan belum lunas, ambil lagi yang lain. Handphone cicil, motor cicil. Itu belum lunas, cicil lagi yang baru. Jadi, yang anda beli itu bukan kebutuhan. Itu hanyalah keinginan.

Anda butuh sandang, pangan dan papan. Itu kebutuhan.

Kalau ketiga itu sudah tercukupi, maka anda pasti bisa menabung. “Ya pantas saja lah pak, gaji cuma 1 juta tapi single/hidup sendiri. Kalau gaji 30 juta tapi anaknya dua ya gak cukup lah..”

Tidak pernah ada kata ‘cukup’ bagi anda. Mengapa? Karena yang anda kejar itu adalah keinginan. Kalau kita bicara keinginan, tentu manusia itu keinginannya banyak. Sudah punya satu handphone, nambah satu lagi, nambah dua lagi. Sudah punya satu motor, maunya lima. Keinginannya banyak. Tetapi, harusnya yang basic dulu yang anda penuhi. Ketika anda butuh sesuatu, pasti anda bisa sisihkan uang. Karena tidak akan pernah ada kata cukup bagi orang yang selalu ingin memenuhi keinginannya.

“Tidak akan pernah ada kata cukup bagi anda untuk mengejar keinginan”.

 ‘Loh, berarti bapak membenarkan orang yang gajinya 1 juta, bukan membenarkan yang gajinya 30 juta?’

Bukan begitu. Tetapi saya membenarkan mereka yang gajinya 1 juta tapi bisa menabung, daripada mereka yang gajinya 30 juta tapi tidak pernah menabung. Karena itu adalah masalah disiplin. Dan saya percaya orang yang gajinya 1 juta ini keinginannya tidak banyak.  Tetapi dia bisa memenuhi kebutuhannya. Sedangkan yang gajinya 30 juta itu keinginannya tidak pernah habis. Sehingga akhirnya banyak barang-barang tidak perlu yang menumpuk di rumahnya. Handphone yang tidak perlu, beli baju baru terus, sedangkan di rumahnya masih ada baju bagus yang baru dipakai 1-2 kali, tetapi sudah gak dipakai.

Lalu yang kedua. Problem orang-orang di nomor dua ini adalah kenapa tidak bisa menabung?

Itu karena anda selalu hidup dari apa kata orang lain.

“Wah, tetangga saya beli handphone ini!”

“Teman grup WhatsApp saya semuanya ganti handphone Samsung Note 9. Kalau gak ikut ganti Samsung Note 9, nanti saya gak sederajat dengan mereka”. Padahal, Samsung Note 8 anda masih bagus. Yang untung itu perusahaan Samsung, bukan kamu. Dan kalau Samsung Note 8 itu anda jual, anda juga yang rugi. Padahal, cicilan Samsung Note 8 selama 3 tahun itu juga belum lunas. Tetapi Samsung Note 8 itu anda jual, itu sudah rugi separuh. Ditambah lagi cicilannya harus dilunasi. Anda justru tambah rugi.

Tetapi hal itu anda lakukan gara-gara mendengarkan kata teman anda dan untuk memenuhi ekspektasi teman. Padahal keputusan anda membeli handphone tersebut tentu saja tidak pernah ada habisnya. Itu adalah masalah mindset. kalau saya lebih baik memilih tidak bergaul dengan mereka. Karena ini hidup saya, ini gaji saya. Ketika cicilan anda semakin banyak, maka anda akan stress dan akhirnya menjadi beban bagi hidup anda.

Yang menjadi problem adalah ketika anda keluar dari garis ini, maka yang menanggung beban adalah keluarga anda. Teman anda sih gak pusing. Ingat, ini adalah problem yang harus kita atasi.

Lalu, poin yang kedua adalah catat pengeluaran anda.

Manusia itu malas mencatat karena menganggapnya sepele. “Ah, uang parkir 2 ribu doang, ngapain dicatat?”. Kalau saya dulu uang parkir juga saya catat. Untuk  beli pulsapun saya catat. Karena apa? Dengan mendisiplinkan diri mencatat pengeluaran perginya kemana, maka saya tau uang saya larinya kemana. Bahkan, saya makan di luar itu juga saya catat.

Kebanyakan orang itu menyepelekan masalah mencatat pengeluaran. Mengapa? Karena mereka pikir : “Yang keluar paling berapa sih? Gaji sya kan besar. Makan nasi pecel sekali paling cuma sekian”. Anda menyepelekan hal-hal yang kecil. Ingat, 1 hari makan 3 kali itu makanan pokok. Kalau anda pergi nonton sama teman, maka pengeluarannya tambah lagi.

Dalam sebulan, satu hari 3 kali makan. Berarti dalam sebulan anda 90 kali makan. Dan akhirnya, uang anda habis. Berapapun uang yang ada di dompet, pasti habis terus. Tonton video saya : “Mengapa Uang Saya Cepat Habis?”. Salah satu problem’nya adalah anda menyepelekan masalah mencatat pengeluaran.

Anda harus catat setiap hari pengeluaran anda. Ketika anda memiliki catatan, anda bisa mengetahui kemana larinya uang anda. Dan dengan begitu, anda bisa mengerem pengeluaran anda. Jadi, itu adalah poin kedua agar anda bisa keluar dari kemiskinan. Catat pengeluaran anda, sehingga anda tahu berapa yang masih bisa disisihkan untuk ditabung.

Dan yang ketiga adalah pahami cara kerja uang.

Sebelumnya saya sudah mengatakan bahwa kaya dan miskin itu hanya masalah angka dan rasa. Mengapa? Karena ada orang yang merasa miskin, padahal dia kaya. Dia gak punya tanggungan apa-apa, hutangnya sudah lunas, rumah ada, mobil ada, tetapi masih merasa miskin.

‘Saya merasa miskin karena mobil teman saya jauh lebih keren. Kalau gak punya Mercedez Benz atau Fortuner, saya gak bakal diterima di kalangan teman-teman saya. Kalau gak punya Lamborghini, saya tidak dicap kaya. Padahal, mobilnya yang sekarang sudah bagus. Dia masih merasa miskin, padahal dia kaya. Meskipun penghasilan dia belum mencukupi, dia tetap membeli mobil baru supaya terlihat kaya. Akhirnya setelah beli mobil baru, 2 tahun kemudian dijual lagi dan harganya tinggal separuh. Rugi ‘kan? Dan hal ini terjadi di semua kalangan status sosial.

Dan juga ada orang miskin, tetapi merasa kaya. Ini masalah besar. Sudah miskin, kondisi minus, tetapi justru dia itu merasa kaya. Jadi, yang kaya merasa miskin, sedangkan yang miskin merasa kaya. Saya sudah mengatakan bahwa kaya dan miskin itu hanya masalah angka dan rasa. Jadi ketika rasa ini sudah hilang, maka definisi anda akan keluar dari kemiskinan ini juga hilang.

Satu contoh, ketika anda merasa diri anda itu kaya padahal kondisi anda sudah minus, cicilan belum lunas, rumah juga masih nyicil, mobil masih nyicil, tapi masih merasa kaya. Makan di restoran terus, menurut saya itu tidak perlu. Karena kondisi anda masih minus. Tetapi, anda masih merasa kaya. Yang penting di zaman sekarang itu punya Instagram, posting makan siangnya di restoran ini, biar di’comment sama teman-temannya
: ‘Wah, itu kan restoran mahal!’.

Manusia itu akan menghadapi masalah jika berurusan dengan ‘rasa’. Dan akhirnya, anda sulit untuk keluar dari kemiskinan. Mengapa? Karena lebih besar pasak daripada tiang. Ini semua belum beres, anda tambahi beban baru.

Sahabat entrepreneur, semoga 3 nasehat ini bisa membuat anda paham bahwa kaya dan miskin itu hanya masalah angka dan rasa. Jika anda ingin keluar dari kemiskinan, catat angka ini, dan pahami apa itu rasa. Saya juga punya satu video : ‘Pahami 5 Cara Kerja Uang’, silahkan anda tonton.

Demikian video saya kali ini. Jangan lupa klik subscribe, dan jangan lupa loncengnya diaktifkan. Salam hebat luar biasa..!!

 


Posted

in

, , , , , , , ,

by

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.