3 Dilema Anak Orang Kaya

Klik Disini Untuk Melihat di YouTube

Sahabat entrepreneur, topik kali ini adalah : “3 Dilema Anak Orang Kaya”.

Jadi, saya membahas ini karena beberapa murid saya yang masuk dalam YES Community. Saya mempunyai banyak murid anak-anak pengusaha. Mereka banyak “curhat” kepada saya, mereka bicara begini :

“Pak, saya ini dilema dengan orang tua saya.” Dari berbagai macam curhat, saya simpulkan ada tiga permasalahan yang sering mereka ceritakan kepada saya.

Yang pertama adalah, mereka disuruh melanjutkan usaha orang tua, tetapi mereka tidak suka. Ini dilema yang pertama.

Jadi banyak anak-anak orang kaya atau pengusaha ini, mereka sekolah di sekolah terkenal. Kemudian kuliah di universitas terkenal. Tetapi setelah tamat mereka ini disuruh melanjutkan usaha orang tua. Usaha orang tuanya cukup sukses, dan kebanyakan orang tuanya di daerah, bukan di kota besar.

Di daerah tersebut mungkin orang tuanya punya toko, orang tuanya punya usaha hasil bumi, atau orang tuanya punya usaha atau mungkin salah satu tokoh atau orang yang cukup terpandang di daerahnya. Tetapi yang tidak bisa dipungkiri, orang tuanya adalah pengusaha yang cukup ternama. Kalau tidak ternama, tidak mungkin mereka bisa menyekolahkan anaknya di sekolah-sekolah terkenal.

Tetapi masalahnya adalah anaknya merasa dia punya idealis tersendiri. Dia bilang bahwa orang tua saya itu sukses, tapi di era-nya. Di era zaman sekarang, apalagi sekarang sudah ada online, sudah ada social media, sudah ada internet, maka otomatis mereka melihat ini adalah usaha yang kurang prospek untuk 10 tahun sampai 20 tahun mendatang.

Dan sepertinya kebanyakan usaha orang tuanya tidak memiliki sistem. Dan dia merasa, kalau seandainya dia memperbaiki sistem orang tuanya, mungkin orang tuanya akan merasa dalam tanda kutip “lebih paham”.

“Kamu anak kemarin sore. Orang tua kamu ini dulu mampu menyekolahkan kamu dari usaha orang tua. Jadi kamu jangan merasa sok pintar dan sok pandai.” Seringkali, ini adalah bentrok yang terjadi antara anak dengan orang tua.

Oleh sebab itu, inilah dilema yang pertama. Solusinya bagaimana?? Kalau anda memang punya idealis bisa menghasilkan uang sendiri, tidak mau melanjutkan usaha orang tua, buktikan! Minimal anda diberikan waktu. Jadi kalau anda memang membuktikan bahwa anda mampu menciptakan terobosan sendiri di dalam bisnis anda, di dalam usaha anda. Tetapi dalam tanda kutip “real”, jangan usaha yang berbau money game, atau usaha-usaha yang tidak jelas, atau jual narkoba. Saya tidak menyarankan yang seperti itu.

Tetapi yang memang perdagangan murni, bisnis murni. Itu yang sangat saya sarankan. Anda harus tunjukkan kepada orang tua anda bahwa anda mampu. Anda bisa menghasilkan usaha yang memang dalam tanda kutip “tidak ada bantuan dan subsidi dari orang tua”.

Saya kira setelah anda tamat kuliah, setelah anda tamat sarjana, tapi dalam kurun waktu satu, dua sampai tiga tahun anda dapat merintis usaha dan anda tunjukkan kepada orang tua, saya kira orang tua anda tidak akan protes. Karena apa? Karena banyak orang tua tidak mau anaknya menyusahkan dia.

Karena betapa banyak anak orang kaya yang justru menyusahkan orang tuanya. Bukannya anak bisa mandiri, tapi justru anaknya menyusahkan orang tua. Dan sekarang, bagi anda yang menonton video ini, saya bisa melihat dari dua sisi. Yang pertama tadi, saya bicara dari segi anak. Sekarang saya bicara dari segi orang tua.

Kalau dari segi orang tua, tolong sampaikan video ini pada orang tua anda. Tolong sampaikan bahwa Chandra Putra Negara juga orang tua. Saya juga punya anak. Tapi saya pun tidak melanjutkan usaha orang tua saya dahulu. Jadi saya tidak bisa menuntut anak saya harus melanjutkan usaha saya. Saya justru bangga kalau anak saya bisa mandiri dengan usahanya sendiri. Maka saya akan lebih bangga sebagai orang tua.

Daripada saya beri dia usaha, tapi tetap dia tidak bisa apa-apa. Ayo pilih mana, anda sebagai orang tua? Tolong sampaikan quotes ini kepada orang tua anda. Jadi kita harus bersyukur sebagai orang tua. Tetapi kalau anak anda bisa mandiri, usahanya REAL, justru kita sebagai orang tua harus men-support atau mendukung. Ini poin yang pertama.

Poin yang kedua, dilema yang kedua adalah “saya disuruh melanjutkan sekolah lagi“.

Padahal saya saat ini sudah punya bisnis. Yang mana bisnis saya ini bahkan sudah saya rintis sejak kuliah. Contoh seperti cerita saya. Saya dulu waktu kuliah, saya sudah memulai bisnis saya. Anda bisa tonton kisah saya di buku “Badai Pasti berlalu”.

Saya sejak SMA, sejak tamat kuliah pun saya sudah punya usaha saya sendiri. Maka ketika saya tamat sarjana, saya tidak merepotkan orang tua sama sekali. Justru karena orang tua merasa mampu, orang tua ingin anda melanjutkan sekolah lagi supaya anda lebih pintar. Padahal anda lihat di video-video saya sebelumnya, saya tidak menuntut anda harus punya nilai akademis yang bagus untuk anda menjadi pengusaha yang sukses. Itu tidak ada korelasinya. Anda bisa tonton video saya, “Nilai Akademis VS Nilai Kehidupan“. Anda bisa tonton disini. Itu sudah saya bahas dengan sangat jelas.

Tetapi mungkin orang tua menuntut. Jadi akhirnya anda mungkin merasa bingung. Saya harus bagaimana? Saya harus sekolah lagi padahal saya punya bisnis yang sudah berjalan.

Tapi video ini cocok untuk anda yang sudah punya bisnis, anak-anak muda. Tapi kalau anda belum punya bisnis, anda tidak bisa menyalahkan orang tua anda. Karena apa? Anda masih tergantung pada orang tua.

Anda masih hidup di rumah orang tua. Bahkan hari ini anda masih pakai mobil dari orang tua. Anda pun mungkin masih ngontrak, atau disewakan apartemen, itu pun dari uang orang tua. Video ini berlaku bagi anda yang “sudah lepas” dari orang tua. Baru cocok. Kalau anda masih menerima bantuan subsidi dari orang tua, anda tidak berhak melarang mereka karena anda masih tergantung pada orang tua.

Jadi apapun yang orang tua anda sukai, harus anda ikuti. Tapi kalau anda mampu berdikari tanpa bantuan orang tua, anda bisa sampaikan pendapat anda. Jadi kalau orang tua anda tidak sependapat, bisa diskusi dengan saya kalau ada kesempatan. Sampaikan. Karena saya sebagai orang tua pun, kalau suatu hari anak saya bisa mandiri, itu kebanggaan tersendiri bagi Chandra Putra Negara. Meskipun dia tidak melanjutkan usaha saya. Karena saya percaya setiap orang punya jalan kehidupan masing-masing. Dan saya tidak boleh paksakan itu kepada anak saya.

Dan saya akan sangat bangga, karena saya mampu mendidik anak saya, dan dia menjadi seseorang yang mampu berdikari dan tidak menyusahkan orang tua tanpa harus melanjutkan usaha saya. Itu adalah kebanggaan tersendiri bagi saya. Jadi itu prinsip saya. Tapi mungkin ada orang tua yang punya prinsip berbeda. Itu harus kita hormati, perasaan orang tua.

Poin yang ketiga, yaitu dilema anak orang kaya yang ketiga adalah “karena saya sudah tidak sepaham dengan dilema yang pertama dan yang kedua tadi“.

Pertanyaan yang ketiga adalah : Apakah saya masih bisa berbakti pada orang tua?”

Baik, jadi kalau berbicara soal berbakti, itu saya bisa jawab bahwa berbakti itu bisa dengan berbagai cara. Tidak harus dengan membantu perusahaan orang tua. Karena anda bisa berbakti dengan cara yang lain, seperti contohnya adalah WAKTU. Maksudnya “waktu” itu apa? Anda bisa makan malam dengan orang tua. Karena bagi orang tua, makan malam itu penting. Karena beliau seharian sudah sibuk, lelah di kantor, mungkin karena berurusan dengan karyawannya, berurusan dengan klien-nya, pikirannya sudah penat. Tetapi anda bisa hibur beliau dengan makan malam bersama.

Kalau anda mungkin di luar kota, jauh dari orang tua, anda harus sering telepon. Bertanyalah, “kabar papa bagaimana? Kabar ayah bagaimana? Kabar mama bagaimana?” Seringkali anak itu lupa dan lalai. Bagi anda yang menonton video ini mungkin anda di luar negeri, anda telepon orang tua itu hanya kalau ada perlu minta uang, bukan? Ini juga tidak benar.

Anda harusnya telepon orang tua bukan cuma saat minta uang, tapi anda mungkin bisa video call, WA, line sewaktu-waktu. Orang tua anda akan senang sekali. Itu termasuk cara berbakti. Bukan harus membantu perusahaan orang tua. Dan kalau anda mungkin punya beberapa saudara, anda sudah merintis usaha sendiri dan tidak bisa membantu usaha orang tua, anda bisa tawarkan pada saudara anda.

“Mungkin usaha papa-mama bisa diwariskan ke adik-Adik yang cocok melanjutkan. Tidak harus saya”.

Anda bisa sampaikan dengan cara seperti itu.

Jadi selain anda bisa berbakti dengan waktu, mungkin anda bisa mengantar orang tua anda. Mungkin selama ini orang tua anda kemana-mana dengan supir. Tetapi kalau anda punya waktu luang, anda bisa tawarkan, “Ayo papa mama, mau kemana? Saya antarkan naik mobil”. Anda bisa berikan waktu. Dan saya percaya itu jauh lebih powerfull, daripada anda hari ini cuma men-support. Jadi anda bisa menonton video saya, “5 Bahasa Kasih“. Disitu salah satu bahasa kasih manusia adalah : waktu yang berkualitas.

Terkadang orang tua itu tidak lagi butuh anaknya untuk pekerjaan, tapi beliau butuh waktu untuk bersama-sama. Karena dia kehilangan waktunya di masa kecil anda karena beliau sibuk merintis bisnisnya.

Makanya tidak salah kalau anda mungkin lebih dekat dengan kakek nenek dibandingkan dengan orang tua anda. Kenapa? Karena mungkin dulu yang mengasuh anda adalah kakek dan nenek anda. Karena waktu anda masih kecil, kakek nenek anda sudah pensiun, orang tua anda masih bekerja dan berbisnis, jadi anda diasih oleh kakek dan nenek.

Dan mungkin anda lebih dekat dengan pengasuh anda. Karena banyak anak orang kaya diasuh oleh pengasuh. Makanya kalau pengasuhnya sakit, dia menangis. Tetapi kalau orang tuanya yang sakit, anaknya tidak menangis. Fenomena seperti ini sering terjadi, banyak anak orang kaya yang seperti ini.

Mungkin anda yang tersenyum menonton video ini, anda merasakan apa yang saya sampaikan. Dan itu memang benar. Sangat benar. Jadi saya mau berpesan pada anda. Bagi anda yang menonton channel ini. Video kali ini, khusus kali ini “3 Dilema Anak Orang Kaya” tidak cocok bagi anda yang belum punya usaha. Video ini hanya cocok untuk anda, anak muda yang sudah punya usaha dan tidak mau menikmati fasilitas dari orang tua.

Saya ulangi, anda yang sudah punya usaha dan tidak mau menikmati fasilitas dari orang tua.

Karena banyak orang-orang kaya, anaknya juga selalu menikmati fasilitas orang tua. Mobilnya dari orang tua, rumahnya dari orang tua, bahkan “married” pun, menikahpun dibiayai oleh orang tua. Bahkan nanti setelah punya anak dan istri, masih minta subsidi dari orang tua. Video ini tidak cocok untuk anda.

Tetapi video ini sangat cocok bagi anda yang punya kemandirian. Mau mandiri sedini mungkin. Tidak mau menikmati fasilitas orang tua, padahal orang tua anda sangat mampu dan sangat kaya raya. Jadi tolong anda jangan salah artikan video ini. Video ini ditujukan hanya bagi anda yang mandiri.

Kalau anda mungkin masih ingin menikmati fasilitas orangtua, It’s OK. Tinggalkan video ini, leave it. Anda mungkin bisa langsung ikuti channel yang lain. Tapi sekali lagi video ini bagi anda yang mau mandiri dan anda tidak mau menikmati fasilitas orang tua. Video ini sangat cocok untuk anda.

Semoga jawaban saya pada video ini bisa menjawab kegalauan anda, dilema apa yang terjadi kalau anda memilih mandiri, tetapi anda adalah anak orang kaya. Semoga video ini bisa menjawab pertanyaan anda. Bila anda suka dengan channel seperti ini, saya Chandra Putra Negara senang sekali berbagi dengan anda. Anda bisa klik subscribe, dan anda bisa share kepada teman-teman anda yang membutuhkan informasi seperti ini.

Sukses untuk anda, salam hebat luar biasa !!

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.