Bagaimana Bersikap Tegas Tanpa Melukai Perasaan Orang Lain?

SB30 – Sahabat entrepreneur, salam hebat luar biasa! Di video kali ini, saya akan membahas tentang betapa banyaknya orang-orang yang bersikap tidak tegas. Kalau kita sebagai orang Timur, kita masih memiliki lebih banyak tenggang rasa dibandingkan orang Barat. Itulah sebabnya orang Timur itu sulit berkata tidak atau berkata tegas.

Pada video-video saya sebelumnya, saya sering mengatakan “dare to say no”. Berani untuk berkata tidak.

Jadi, bagaimana sih cara bersikap tegas tanpa melukai perasaan orang lain?

1. Kita harus memiliki sikap tenggang rasa

Sebetulnya, ‘tegas’ itu memang harus dilatih. Suatu hari ketika saya sedang berada di New Zealand, saya pernah antri tiket pesawat. Karena memang dasarnya orang Indonesia itu kan apabila petugasnya hanya melayani satu orang, pasti ada yang menyerobot antrian. Sedangkan petugas biasanya sungkan untuk berkata tidak.

Contohnya ketika berada di sebuah minimarket, sang pelayan biasanya terpaksa melayani dua orang. padahal seharusnya, pelayan tersebut wajib dan berhak untuk menolak orang yang menyerobot antrean. Anda bisa berkata :

“Pak, silahkan antre di belakang”.

Dulu saya pernah punya sebuah pengalaman. Saya saat tu sedang buru-buru karena pesawat saya connecting dengan kota lain. Jadi, saya harus segera tanya informasi. Karena pagi itu di bandara masih sepi, petugas bagan informasi juga belum ada. Jadi, saya terpaksa bertanya ke counter pesawat yang masih buka.

Saat itu, ada seorang bule yang melayani saya. Dasarnya saya sebagai orang Indonesia, saya langsung buru-buru menyerobot dan bertanya pada petugas tersebut.

“excuse me, sir. I wanna ask something”.

Dan saya syok dengan jawaban dia. Ia berkata dengan tegas, “Sir! Please go behind this man. I will serve you until i serve this guy, okay?”.

 Saat itu saya langsung merasa bersalah. Saya langsung merasa, ini adalah perbedaan kultur kita dengan orang Barat. Sedangkan di Indonesia, biasanya kalau ada orang yang melakukan kesalahan seperti saya justru tidak pernah ditegur. Padahal kalau sudah jelas ia salah, maka kita harus menegurnya.

Terkadang, kita masih memikirkan perasaan orang lain. Padahal, kita harus sadar bahwa berkata ‘tidak’ itu bukan berati kita melawan orang tersebut.

Akan tetapi, kita menghargai waktu, menghargai keputusan dan prioritas mana yang harus kita selesaikan.

Jadi contohnya seperti tadi, sudah jelas saya itu salah. Mengapa saya tidak datang lebih awal ke bandara? Dalam cerita ini, saya memang mempermalukan diri saya sendiri. Namun ini merupakan pelajaran seumur hidup bagi saya.

Dan sejak saat itu, terpatri dengan jelas di pikiran saya bahwa saya tidak akan pernah lagi menyerobot antrean karena saya merasa hal itu salah.

Lalu, contoh kedua ini yang paling sering terjadi. Mungkin anda sering melihat orang berfoto di mall. Dan pasti ada jarak dengan orang yang difoto. Sedangkan orang Indonesia itu terbiasa kalau ada seseorang yang mengambil foto dan ada jaraknya, kita justru dengan tanpa rasa bersalah ‘nyelonong’ berjalan di tengah-tengah mereka tanpa ada tenggang rasa dengan orang yang ingin berfoto tersebut.

Sedangkan orang bule apabila tidak sengaja lewat di tengah orang yang berfoto, ia akan meminta maaf. Ia akan langsung menghindar atau berhenti sejenak agar orang tersebut bisa mengambil foto. Kalau kita sebagai orang Indonesia, nyelonong di tengah dengan santai tanpa ada rasa bersalah itu biasa saja.

Padahal, seharusnya kita itu berhenti sejenak. Ini adalah sebuah sifat tenggang rasa yang seharusnya kita sadari. Dengan demikian, etika seperti itu menjadi hal yang umum. Apabila kita memiliki sikap tenggang rasa dan kita juga bisa bersikap tegas seperti pada poin pertama, maka anda akan menjadi orang yang luar biasa.

Sekarang saya sendiri juga terbiasa ketika melihat ada orang yang mau berfoto, saya akan berhenti sejenak. Sedangkan orang yang mau berfoto itu akan berkata, “Tidak apa-apa pak, lewat saja”. Namun saya lebih memilih untuk berhenti sejenak agar mereka bisa berfoto dahulu.

Dari sikap itulah kapasitas kita dalam menghormati orang lain akan terlihat. Dan sikap ini termasuk dalam salah satu sikap berani tegas tanpa melukai perasaan orang lain. Justru orang lain yang merasa segan dengan anda.

Ketika seseorang merasa segan dan paham dengan attitude, maka anda akan menjadi orang yang luar biasa.

 

2. Sampaikan dengan baik

Kemudian yang kedua, sampaikan dengan baik. kunci untuk menolak dengan sopan dan profesional adalah dengan menyampaikan sesuatu secara baik dan tegas tanpa harus menggunakan emosi dan intonasi yang tinggi.

Kita bisa menyampaikan dengan cara yang sopan dan kita menyampaikan perasaan kita itu dengan baik.

“Permisi pak, saya sedang melayani bapak ini. Saya pasti akan melayani anda juga setelah bapak yang ini selesai”.

Hal seperti ini paling sering terjadi di bandara. Meskipun ada banyak orang yang suka memaki-maki dan lain sebagainya, mereka tetap melayani dengan profesional.

Jadi apabila kita merespon orang tersebut dengan jawaban yang sopan dan elegan, orang tersebut pasti akan menghormati kita.

 

3. Tawarkan alternatif

Lalu poin yang ketiga adalah tawarkan alternatif. Jadi, berikan penolakan yang membangun. Ketika kita memberikan penolakan yang membangun seperti : “Pak, saya akan melayani bapak 5 menit lagi setelah orang ini”.

Jadi, kita harus menolak d engan tegas. Jangan melayani dua orang, karena itu sangat tidak baik. atau ketika kita sedang menerima telepon, anda bisa berkata, :Pak, saya akan kembali 10 menit lagi”.

Kita tidak boleh terkesan tidak profesional.

 

4. Pikirkan kembali mengenai dampak setelah anda mengatakan tidak

Kemudian yang keempat adalah pikirkan kembali mengenai dampak setelah anda mengatakan tidak. Apakah orang tersebut sudah tahu dengan jelas mengapa ia harus menunggu dan mengantre?

Jadi, kita harus tahu dampaknya ketika kita berbicara tegas. Dengan kata lain, apakah kita masih terlalu memikirkan perasaan orang lain dan takut ia tersinggung?

Saya rasa jika kita berbicara dengan sopan dan profesional, saya yakin orang tersebut tidak akan tersinggung. Bahkan kemungkinan besar, orang tersebut justru akan merasa malu. Kemudian ada yang bertanya :

“Pak, lalu bagaimana jika orang tersebut tidak merasa malu dan masih ngeyel?”

Itu artinya memang kualitas orang tersebut yang buruk. Biarkan masyarakat yang menilai betapa bebalnya orang itu.

 

5. Anda harus memiliki mindset bahwa ‘tidak’ adalah sebuah pilihan

Kemudian yang kelima adalah anda harus memiliki mindset bahwa ‘tidak’ adalah sebuah pilihan, dan ‘ya’ adalah tanggung jawab.

“Ya, saya akan melayani anda”. Itu artinya ia memiliki sebuah tanggung jawab.

Jadi dua cerita tentang kamera dan ketika saya di bandara tadi bisa menjadi sebuah pelajaran berharga serta menjadi pengingat saya untuk lebih berani tegas kepada siapapun.

Demikian sahabat entrepreneur sharing saya kali ini. Sukses selalu, dan salam hebat luar biasa!!


by

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.