Bila TAHU INDUSTRI ini, Mungkin Anda Akan Menjadi BILL GATES BERIKUTNYA ft. Chatib Basri !!!

Klik disini untuk melihat videonya

Sahabat entrepreneur, salam hebat luar biasa..!! Pagi hari ini saya kedatangan tamu yang sangat-sangat istimewa. Yaitu mantan Menteri Keuangan di era kabinet bapak Susilo Bambang Yudhoyono. Yaitu bapak Muhammad Chatib Basri.

C : “Selamat datang pak Chatib Basri di channel kami, Success Before 30 yang bersedia diwawancara. Dan kita hari ini akan berbicara banyak tentang sedikit masalah finansial, karena beliau adalah mantan Menteri Keuangan. Dan kita juga akan bicara banyak tentang entrepreneurship ke depan, setelah yang satu ini..!!”

C : “Baik. Jadi pada pagi hari ini, kita mendapatkan sebuah kehormatan karena bisa sharing dengan pak Chatib. Selamat pagi pak Chatib..”

CB : “Selamat pagi..”

C : “Saya ingin bertanya sesuatu pada pak Chatib. Sebagai mantan Menteri Keuangan, bicara soal financial education atau pendidikan finansial di Indonesia itu sebetulnya sangat penting. Terutama Indonesia ini ‘kan negara besar. Namun kita juga sudah sering memperhatikan, mengapa orang sudah bekerja seumur hidup, tetapi selalu bermasalah dengan masalah finansial. Kalau saya boleh tanya, jika pendidikan finansial itu penting, kenapa di indonesia tidak diajarkan sejak dini?”

CB : “Satu. Sebelum saya jawab mengapa tidak diajarkan sejak dini, saya mau coba kasih gambaran. Betapa pentingnya issue itu dulu. Di Indonesia itu baru 40% dari masyarakat yang punya akses kepada bank. Sedangkan yang 60% itu tidak punya akses kepada bank. Akses itu artinya begini. Jika anda ingin pinjam uang, bank itu tidak mau memberi. Mengapa? Karena tidak ada jaminannya. Bahasa kerennya itu tidak ada kolateralnya.

Jadi, bisa saja proyeknya itu potensial, bisa menghasilkan. Tetapi, secara teknis perbankan tidak bisa diberi pinjaman. Mereka itu tidak punya akses ke perbankan, yang 60%. Jadi untuk mengatasi hal itu, sebetulnya ada beberapa langkah yang harus dilakukan. Di samping supaya pekerjaan atau proyek itu istilahnya bisa bankable. Dari segi bank bisa ada pembiayaan.

Selain itu juga harus dipikirkan mengenai alternatif pembiayaannya bisa datang dari mana. Dan sekarang kalau kita bicara mengenai sumber pembiayaan, itu tidak hanya dari bank. Perkembangan yang terjadi dengan teknologi digital memungkinkan pembiayaan itu terjadi.

Kembali lagi kepada issue tadi, ‘mengapa tidak diajarkan sejak dini?’. Saya harus katakan bahwa sebetulnya kita ini agak terlambat. Seharusnya, dari awal kita lakukan. Tetapi, hal ini tidak dilakukan sebelumnya karena practice itu bagi mereka yang 60% tidak bisa ter’capture. Tidak bisa ter’cover. Sehingga kemudian orang melihat jika dia ingin menjadi pengusaha, alternatif satu-satunya adalah harus melalui bank.

Namun sekarang dengan teknologi digital, saya melihat bahwa kemungkinan ini menjadi banyak. Sehingga yang harus dilakukan adalah edukasi. Dan edukasi itu tidak hanya melalui sekolah. Namun juga termasuk yang kita lakukan pagi ini.”

C : “Baik. Luar biasa ya.. Jadi ternyata jawaban dari pak Chatib tadi sudah memberikan sebuah jawaban. Mungkin masalah-masalah yang terdahulu itu sekarang sudah ada solusinya. Salah satunya melalui channel ini. Yaitu masalah memberikan edukasi ini penting banget.

Dan begini pak. Sebagai mantan Menteri Keuangan, bapak mengapa tertarik menjadi seorang penasehat di dunia agriculture? Khususnya di HARA.”

CB : “Saya punya pengalaman di pemerintahan. Disini saya mau bercerita sedikit. Saya sudah tidak lagi di pemerintahan, jadi saya bisa bercerita. Salah satunya tentang issue yang paling besar di dalam sektor pertanian itu adalah data.

Baru-baru ini saja, belum terlalu lama. Baru 2 minggu yang lalu atau seminggu yang lalu itu ada perdebatan keras antara Menteri Perdagangan, Kepala BULOG, dan Menteri Pertanian. Berdebat mengenai kita harus import atau enggak. Di satu sisi, dikatakan bahwa kita sedang surplus, sehingga kita perlu import pertanian. BULOG juga bilang di gudang kita ada. Tetapi di sisi perdagangan berkata bahwa ini gak cukup.

Sebetulnya semua hal ini akhirnya merujuk kepada data. Kalau datanya itu beres, maka permasalahan ini bisa selesai.

Jadi, data itu punya value yang luar biasa di dalam kebijakan. Dan ini bukan terjadi hanya satu kali kemarin. Dari zaman saya dulu di pemerintah, hal yang sama juga terjadi. Selalu terjadi. Data kita itu selalu tidak ada clearing house.

Saya juga punya pengalaman. Coba lihat, harga di petani bisa sangat berbeda dengan harga di konsumen dalam hal beras. Kenapa? Karena yang tengah ini diambil margin’nya oleh pedagang. Coba seakrang anda bayangkan. Kalau informasinya itu dari produsen sampai dengan konsumen itu rata. Transparan.

Sekarang pertanyaannya adalah bagaimana untuk bisa membuat hal ini transparan? Jadi waktu teman-teman di HARA token ke saya, dia datang dengan ide blockchain, saya bilang, ini akan bisa menyelesaikan persoalan yang tadi saya jadikan contoh.

Karena itu saya bilang, ‘ini sebenarnya sebuah revolusi’. Karena jika di dalam kebijakan tadi, issue, debat antara pertanian, BULOG, dengan perdagangan beres, kita tahu import’nya berapa, kapan perlu import, dan di sisi lain juga untuk produsen dan konsumen itu persoalannya akan selesai. Karena keuntungannya itu bisa lari ke petani. Di sisi lain, si konsumen juga bisa menikmati beras dengan harga murah. Dan ini adalah problem kita selama puluhan tahun.”

C : “Kayaknya gak pernah ada solusinya ya?”

CB : “Betul. Karena selama ini persoalannya adalah bagaimana caranya menjembatani informasi antara produsen dengan konsumen. Yang punya informasi ini selama ini ‘kan middle-man. Pedagang. Sekarang, coba hal ini diselesaikan dengan blockchain. Dimana ujung dengan ujungnya tahu.”

C : “Berarti, data yang ada di petani itu akurat?”

CB : “Dengan sendirinya harus akurat. Karena jika dia memberikan data yang salah, maka yang rugi dia sendiri ‘kan?”

C : “Ya, bener banget.. Sehingga selama ini mungkin middle-man yang memberikan data yang kurang akurat atau punya kepentingan yang lain. Sehingga mungkin dengan adanya solusi ini, pak Chatib juga bisa memberikan sebuah pandangan mengapa issue puluhan tahun ini akhirnya bisa mendapatkan solusi.

Baik pak, mungkin ini yang terakhir, pak Chatib. Bapak berada di channel kami ini, channel yang selalu membangun entrepreneurship di Indonesia. Jadi, UKM adalah salah satu hal yang saya bahas. Tetapi, bukan mustahil kalau petani juga bisa menjadi pengusaha. Pengusaha kecil. Kita menyebutnya agripreneur. Atau pengusaha pertama.

Bapak ada pesan untuk adik-adik kita yang menonton channel ini? Ke depannya tentang issue entrepreneurship yang ada di Indonesia dan khususnya di channel kami, channel yang membahas konsisten tentang entrepreneurship?”

CB : “Saya kira ada satu hal yang penting. Saya harus mengakui bahwa diri saya itu ‘dinosaurus’. Dalam arti kata itu buat millenials, cara berpikir saya sudah ketinggalan jauh di belakang. Jadi ada satu hal yang saya pelajari di dalam beberapa tahun terakhir. Dimana data itu bisa punya nilai, punya value, punya harga. Itu sesuatu yang berharga.

Jadi, orang selalu bilang bahwa emas atau minyak di masa depan itu adalah data.

Orang tadinya tidak terpikirkan. Tetapi saya bisa kasih contoh. Misalnya tadi saya bicara mengenai produsen dengan konsumen untuk beras. Hal itu jika anda lakukan, si produsen diberikan insentif (si petani) untuk men’share data mengenai kesuburan tanahnya, luas lahannya, produksinya dan segala macam. Diinsentif. Ini yang dilakukan teman-teman di dalam HARA Token. Dalam bentuk token, misalnya. Ada reward’nya.

Selama ini mereka tidak mau memberikan itu karena tidak ada reward’nya. Apa gunanya? Di sisi lain, ini adalah informasi yang sangat dibutuhkan. Baik oleh pemerintah, oleh NGO maupun end user’nya, konsumen. Karena dia tahu harganya berapa, nanti kebutuhan pupuknya bagaimana. Di sisi petani. Kalau kemudian dia jual lalu dia dapat oken’nya, dia bisa gunakan uangnya entah untuk beli pupuk dan macam-macam.

Yang mau saya katakan disini, ini adalah sebuah kesempatan untuk para petani bisa menjadi seorang entrepreneur, istilah anda tadi agripreneur. Jadi bukan hanya dia berproduksi, tetapi dia juga punya sesuatu yang valuable. Sesuatu yang sangat berharga, dan itu adalah informasi. Itulah yang selama ini menjadi aset yang ada di bawah bantal, yang kemudian tidak pernah di’share.

Kalau menurut saya, kalau mereka mau melakukan ini, maka itu adalah bagian dari digital asset management. Sebetulnya istilah ini terlalu sulit. Tetapi yang mau saya katakan adalah ‘informasi itu berharga’. Dia punya nilai. Kalau kemudian anda share, anda diberi reward, maka anda bisa menjadi seorang agripreneur dengan melakukan itu.”

C : “Luar biasa.. Jadi, inilah pesan dari pak Chatib sebagai mantan Menteri Keuangan. Dan beliau saat inipun masih aktif sebagai seorang consultant dan juga jam terbangnya beliau sebagai dosen itu sudah tidak diragukan lagi.

Jadi tentunya pada kesempatan kali ini, pesan yang beliau sampaikan akan sangat berharga bagi kita.

Selain kita bisa membantu petani, kita juga bisa membangkitkan jiwa kewirausahaan. Dan yang terpenting adalah timing. Data is a new oil. Data itu adalah masa depan yang sangat luar biasa. Dan HARA disini juga sebagai salah satu perusahaan data terbesar yang berfokus pada agrikultur di dunia. Kurang lebih seperti itu ya pak..

Terima kasih atas kehadirannya, pak.”

CB : “Sama-sama..”

C : “Dan demikian sahabat entrepreneur, wawancara kita pagi hari ini bersama pak Chatib Basri. Semoga bisa memberikan manfaat dan inspirasi bagi anda semua. Selamat pagi dan selalu salam hebat luar biasa..!!”

 


by

Tags:

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.