Apa yang Saya Ramalkan Terbukti

SB30 – Sahabat entrepreneur, salam hebat luar biasa! Selamat datang kembali di channel Success Before 30 yang membahas tentang pengembangan diri, motivasi, edukasi finansial, level up podcast, business inspiring, serta konten vlog balancing life.

Pada kesempatan kali ini, saya akan membahas tentang video yang saya unggah setahun yang lalu. Yakni tentang Sumurgeneng, alias warga desa Tuban yang mendadak menjadi miliarder dan berbondong-bondong membeli mobil.

Di konten tersebut, ada banyak pro dan kontra dari penonton saya. Namun saya percaya apabila mereka adalah penonton setia SB30, maka mereka pasti pro. Mereka yang kontra adalah mereka yang tidak siap dengan edukasi finansial yang saya berikan.

Beberapa hari belakangan, tiba-tiba berita tersebut muncul lagi. Berita tersebut membahas tentang banyak warga Tuban yang menjadi miliarder, namun pada akhirnya mereka menyesal. Mengapa bisa demikian?

Jadi saya akan memulainya dengan membacakan berita dari Kompas berikut ini :

“Fakta Kondisi Terbaru Kampung Miliarder Tuban, Bikin Sedih Presdir Pertamina Rosneft dan Kini Dijaga Aparat”.

Beberapa hari yang lalu, video yang merekam aktivitas warga di Kecamatan Jenu, Tuban beramai-ramai memborong mobil viral di media sosial. Video tersebut diunggah pertama kali oleh salah seorang warga setempat bernama Tain, Minggu (14/2/2021). Jadi, peristiwa ini terjadi hampir setahun yang lalu.

Setelah fenomena itu terjadi, bagaimanakah kondisi kampung miliarder tersebut?

Kondisi warga yang beramai-ramai memborong mobil rupanya menimbulkan kesedihan dan keprihatinan di hati Presiden Direktur PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia, Kadek Ambara Jaya. Ia menilai, pembayaran ganti untung tersebut digunakan secara kurang tepat. Jika warga akhirnya jatuh miskin kembali karena tak mampu mengelola keuangan, Kadek pun ikut merasa bersalah.

“Kalau ini (terancam miskin) terjadi, saya yang salah karena tidak mengawal dan mendampingi mereka,” ujar dia.

Langkah selanjutnya, PT Pertamina Rosneft akan melakukan pemetaan kondisi warga desa tersebut dengan menggandeng tim khusus.

“Kita akan gandeng tim riset dari Lembaga Antropologi Untuk Riset dan Analisa dalam rangka membangun cetak biru CSR (corporate social responsibility) perusahaan berbasis kearifan lokal,” ungkap dia.

Perusahan juga akan memberikan pembinaan hingga warga memiliki keterampilan yang baik. Kemudian, warga khususnya para penggarap lahan, akan diajak bergabung dalam pekerjaan padat karya.

“Kalau punya lahan kan punya duit banyak nih, namun penggarapnya kan kasihan,” jelas dia.

Semenjak warga menerima uang pembebasan tanah dengan nilai miliaran, anggota TNI-Polri ikut terjun mengamankan wilayah. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi gangguan kamtibmas di desa tersebut.

“Mungkin aja kan mereka yang membeli mobil itu nggak punya garasi. Mereka kita kasih imbauan agar memastikan keamanan dirinya dan hartanya,” kata Kapolres Tuban AKBP Ruruh Wicaksono.

Babinsa Desa Sumurgeneng Serka Heri Purnomo memastikan, dirinya dan sejumlah personel berpatroli hampir setiap hari.

“Sejak ada pembebasan lahan pembangunan kilang minyak, saya hampir setiap hari standby di desa,” tutur dia.

Hal ini sudah pasti ya. Di mana ada gula, di situ ada semut. Dan jenis semutnya ini bermacam-macam. Itulah sebabnya saya selalu memperingatkan : “Hati-hati dengan uang kaget”.

Menyusul diterimanya uang pembayaran tanah, fenomena menarik muncul. Warga satu desa di desa Sumurgeneng beramai-ramai membeli mobil secara bersamaan.

Tak tanggung-tanggung, terhitung ada 176 mobil yang dibeli. Bahkan ada satu orang yang membeli dua hingga tiga mobil. Kepala Desa Sumbergeneng Gihanto membenarkan hal tersebut.

“Ya memang kondisinya begitu, dapat uang lalu beli mobil, ada juga yang dibelikan tanah lagi maupun bangunan rumah juga,” kata dia.

Singkat cerita, saya hanya ingin menegaskan bahwa siapa di sini yang salah? Gak punya uang salah. Tiba-tiba terima uang kaget, rupanya menjadi masalah juga.

Menurut saya, warga desa Sumurgeneng ini sebenarnya memegang aset berupa sawah atau tanah. Aset tersebut diambil alih oleh PT Pertamina untuk perluasan proyek.

Ketika proses pengambil alihan aset ini terjadi, saya lihat di berita ada yang menjual sekian hektar bisa menerima hingga 18 miliar. Bisa anda bayangkan?

Harga tanah yang awalnya 100-200 ribu per meter diganti rugi dengan harga 700-800 ribu per meter. Menurut anda, Pertamina salahnya di mana?

Pertamina tidak salah. Dalam hal ini Pertamina bukan hanya mengganti rugi, melainkan mengganti 4-5 kali lipat dari harga yang seharusnya. Dan menurut saya, hal ini sudah sangat pantas.

Yang menjadi masalahnya, orang yang menerima ganti rugi 4-5 kali lipat ini adalah orang-orang yang tidak pernah pegang uang banyak. mereka yang biasanya hanya pegang uang 1 juta, tiba-tiba saja dikasih 1 miliar pasti ‘mabok’.

Orang yang biasanya pegang uang ratusan ribu, kemudian mendapatkan uang puluhan miliar pasti ‘mabok’. Problem lainnya, PT Pertamina mengaku bersalah karena tidak memberikan pendampingan dan edukasi finansial sejak awal.

Sekali lagi saya tegaskan, saya sudah meramalkan hal ini setahun yang lalu. Tidak usah menunggu 5 tahun, karena saya memakai teori ini : orang yang ilmu finansialnya mumpuni, meskipun hartanya saat ini masih berada di bawah, maka tidak lama lagi kekayaannya akan mengikuti ilmunya.

Sedangkan orang yang kekayaannya mendadak berada di atas, sedangkan ilmu finansialnya masih berada di bawah, maka tidak lama lagi harta tersebut akan mengikutinya. Sama seperti kasus desa Sumurgeneng tersebut.

Halo sahabat SB30 yang saya cintai dan penuh dengan edukasi serta wawasan. Pertanyaan saya :

Mampukah kalian mengelola ‘uang kaget’ yang tiba-tiba saja datang? Karena bisa saja seumur hidup anda tidak bisa mengelola uang kaget, dan hal ini sangat berbahaya.

Jadi sahabat SB30 yang saya cintai, dari kasus salah satu desa di Tuban ini saya ingin menghimbau bahwa betapa pentingnya pendidikan finansial. Saya tahu warga Indonesia memang tidak suka diedukasi, melainkan sukanya dikasih berita heboh.

“Tiba-tiba si A mendadak menjadi miliarder! Kenapa ya?”. Semua sukanya berita seperti itu. Lalu bisanya iri dan nyinyir dengan berita tersebut. “Mengapa kok bukan saya?”

Dan prinsip orang Indonesia itu prinsionya satu : suka melihat orang lain susah, dan susah melihat orang lain senang.

Anehnya lagi, channel SB30 dikira susah melihat orang lain senang. Apa hubungannya? Saya saja tidak menerima 1 Rupiah pun dari penyaluran dana tersebut. Akan tetapi, di sini saya hanya mengingatkan.

Namun, netizen yang bukan sahabat SB30 menganggap bahwa saya ini nyinyir di video saya yang sebelumnya. Beberapa dari mereka menganggap bahwa saya ini tidak bisa melihat orang lain senang. Saya turut bahagia melihat mereka mendapatkan uang ganti rugi sekian miliar. Akan tetapi di video tersebut, tidak ada sedikitpun saya membahas bahwa saya iri dengan mereka. Namun, saya hanya mengingatkan.

“Saya selalu mengajarkan bahwa anda harus selalu punya dana darurat, harus ada uang yang disisihkan. Satu-satunya solusi, ya anda harus menjual mobil tersebut. Jadi, ini adalah pelajaran berharga.

Nomor satu, selamatkan dulu orang tuamu. Nomor dua : Apabila anda masih memiliki aset berupa tanah atau apapun, jangan setelah anda jual lalu uangnya anda habiskan. Akan tetapi, anda harus membeli fungsi. Jangan membeli gengsi!”

Tidak ada sedikitpun saya membahas bahwa saya iri dengan mereka. Saya hanya ingin mengedukasi agar mereka bisa mengelola uang meeka dengan benar. Dan rupanya benar, apa yang saya khawatirkan terjadi. Apa yang saya ramalkan terbukti.

Pada akhirnya, beberapa dari mereka atau mayoritas dari mereka bingung setelah memegang uang banyak. Jika biasanya mereka bisa menerima uang hasil panen ini dan itu hingga mencapai 40 juta, sekarang mereka tidak bisa lagi mendapatkannya. Tidak ada pemasukan sama sekali. Bahkan, ada beberapa yang menjual sapinya untuk kebutuhan hidup sehari-hari.

Lalu, uang ganti rugi yang lalu itu ke mana semua? Tebakan saya biasanya kalau sudah di’blow up media, pasti tiba-tiba ada tetangga yang mengaku teman.

Dasarnya orang Indonesia, kalau ada teman mau pinjam duit pasti gak tega, ya udah dipinjamkan. Ngakunya sih pinjam, padahal dia minta. Uangnya gak dikembalikan lagi.

“Duh, anakku lagi susah. Anakku mau sekolah..”

Karena ia tahu sedang menjadi miliarder, akhirnya uang tersebut dipinjamkan dan lama kelamaan habis. Hal seperti ini sudah sering terjadi. Bahkan, semenjak Indonesia dijajah Belanda.

Itulah sebabnya mengapa perjudian dilarang di Indonesia. Karena pemerintah tahu bahwa pada tahun 1990’an, ada judi Porkas di Indonesia. Kala itu, ada tukang becak yang tiba-tiba mendapatkan uang 1M. Akan tetapi tidak sampai satu bulan, uangnya tentu saja habis melayang. Kalau di zaman sekarang, bisa jadi nilainya mencapai 20-30 miliar, hampir mirip dengan kasus desa Tuban itu tadi.

Mengapa cepat habis? Karena saudara dan rekannya mendadak berkumpul, mengadakan syukuran, dan acara apapun yang tidak ada habisnya hingga uangnya ikut lenyap tak bersisa.

Sahabat SB30, saya sedikitpun tidak ada niat untuk mengatakan “kapok/sukurin” terhadap kasus tersebut. Di sini saya hanya ingin mengingatkan, karena hal ini bisa terjadi pada siapapun termasuk warga desa Tuban yang menonton channel ini.

“Jadi, solusinya bagaimana pak?”

Video saya terkait edukasi finansial sudah ada ribuan di channel ini, silahkan anda tonton. Dan di sinim saya hanya mengingatkan betapa pentingnya literasi keuangan dan pendidikan finansial agar masyarakat kita bisa menjadi jauh lebih baik.

Sahabat entrepreneur, demikian pembahasan saya kali ini, dan nantikan konten saya berikutnya. Semoga topik kali ini bisa menginspirasi anda dan bermanfaat untuk anda.

Silahkan anda share pada teman-teman anda. Tentunya, ada banyak orang yang dapat terbantu melalui edukasi sedehana seperti ini. Mungkin mereka tidak mendapatkan pelajaran ini dari orang tuanya, namun mereka justru mendapatkannya dari channel ini. Untuk lebih lengkapnya, anda bisa baca di buku saya ‘Success Before 30’.

Semoga video kali bermanfaat. Sukses selalu, dan salam hebat luar biasa!!

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.